Kamis, 27 Desember 2012

Ujian Semester Kimia Bahan Alam



UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH       : KIMIA BAHAN ALAM
SKS                             : 2
DOSEN                      : Dr. Syamsurizal, M.Si
WAKTU                     : 22-29 Desember 2012

PETUNJUK : Ujian ini open book. Tapi tidak diizinkan mencontek, bilamana ditemukan, maka anda dinyatakan GAGAL. Jawaban anda diposting di bolg masing-masing.

1. Jelaskan dalam jalur biosintesis triterpenoid, identifikasilah faktor-faktor penting yang sangat menentukan dihasilkannya triterpenoid dalam kuantitas yang banyak ?
            Nama Terpen diberikan terhadap senyawa yang mempunyai perumusan molekul C10H6, secara etimologi berasal dari pohon terebinth (Pistacia terebinthus).
Triterpenoid : diturunkan dari isoprenoid asiklik skualen (C30H50), komponen utuh dari minyak ikan, minyak vegetable, jamur.
Berbagai triterpenoid organisme merupakan prekursor langsung hidrokarbon dalam fosil sedimen dan minyak bumi.
Secara umum biosintesis terpenoid terjadinya melalui 3 reaksi dasar :
1. Pembentukan isopren aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
2. Penggabungan ekor dan kepala 2 unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-, di-, dan poli-terpenoid.
3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C15 atau C20 menghasilkan triterpenoid dan steroid.
Dua bentuk isopren aktif yaitu isopentenil pirofosfat (IPP) dan dimetilalil pirofosfat (DMAPP) harus ada dalam biosintesis terpen dalam organisme. IPP dan DMAPP berasal dari asam mevalonat
Mekanisme pembentukannya melalui jalur asam mevalonat :
As. Asetat teraktifasi oleh koenzim-A membentuk asetil koenzim-A, selanjutnya melakukan kondensasi menghasilkan asam asetoasetil koenzim-A. Asetoasetil koenzim-A mengalami kondensasi lagi dengan asetil koenzim-A menghasilkan senyawa mevalonil koenzim-A selanjutnya mengalami reduksi menjadi asam mevalonat. Reaksi selanjutnya adalah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yg berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim isomerase IPP dan DMAPP sebagai unit isopren aktif berkondensasi melalui interaksi kepala ke ekor yang merupakan polimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid. Biogenetik terpenoid berasal dari isopentenyl-pyrophosphate (IPP) terdiri dari lima atom karbon sebagai batu bata (building block) via jalur asam mevalonat (MVA). Isomer IPP adalah DMAPP (dimethyl allyl pyrophosphate). Kedua molekul tsb bergabung menjadi geranyl-pyrophosphate (GPP), farnesylpyrophosphate (FPP), dan geranylgeranyl pyrophosphate (GGPP).
9Selanjutnya berturut-turut menjadi monoterpena (10 C), seskuiterpena (15 C), dan diterpena (20 C).
Gambar 1. Pembentukan isoprene aktif (IPP & DMAPP)
Gambar 2. Pembentukan Triterpenoid
Dari jalur biosintesis tersebut kita bisa mengindentifikasi faktor-faktor penting yang sangat menentukan dihasilkannya triterpenoid dalam kuantitas yang banyak, antara lain :
a. Senyawa Asam Asetat
            Senyawa asam asetat yang berguna untuk pembentukan asetil koenzim-A.
b. Pembentukan asetil koenzim-A
c. Pembentukan asam mevalonat
d.Pembentukan dua isoprene aktif (yaitu isopentenil pirofosfat (IPP) dan dimetilalil pirofosfat (DMAPP) )
            As. Asetat teraktifasi oleh koenzim-A membentuk asetil koenzim-A, selanjutnya melakukan kondensasi menghasilkan asam asetoasetil koenzim-A. Asetoasetil koenzim-A mengalami kondensasi lagi dengan asetil koenzim-A menghasilkan senyawa mevalonil koenzim-A selanjutnya mengalami reduksi menjadi asam mevalonat yang akhirnya membentuk IPP menjadi DMAPP. (Lihat gb.1)
e. Penambahan enzim pada pembentukan triterpenoid
            Dari IPP menjadi DMPP lalu menjadi GPP dengan penambahan IPP, GPP menjadi FPP dengan penambahan IPP, FPP akan menjadi squalene dengan penambahan FPP yang selanjutnya rantai alifatik squalene disikliksasi menjadi squalene yang lebih stabil, dengan penambahan oksigen menjadi 2,3 oxido squalene yang menjadi cikal bakal saponin (senyawa triterpenoid). (Lihat gb. 2)
           

2. Jelaskan dalam penentuan struktur flavonoid, kekhasan signal dan intensitas serapan dengan menggunakan spektrum IR dan NMR. Berikan dengan contoh sekurang-kurangnya dua struktur yang berbeda ?
Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan benda (Harmita, 2006). Metode spektroskopi berdasarkan pada penyerapan selektif dari radiasi elektromagnetik molekul organik (Williams & Fleming, 2002).
1. Spektroskopi Inframerah
Atom-atom di dalam suatu molekul tidak diam melainkan bervibrasi. Bila radiasi dilewatkan melalui suatu cuplikan, maka molekul-molekulnya dapat menyerap energi. Penyerapan energi pada berbagai frekuensi dapat dideteksi oleh spektrofotometer inframerah, yang memplot jumlah radiasi inframerah yang diteruskan melalui cuplikan sebagai fungsi frekuensi radiasi (Hendayana, 1994). Spektrofotometer inframerah merupakan salah satu metode analisis untuk mengetahui gugus fungsi apa saja yang terdapat dalam suatu molekul organik (Harmita, 2006).
untuk penentuan senyawa organiknya, dapat dilakukan :
a.       Spectrum IR, untuk menentukan serta mengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat pada senyawa flavonoid, yang mana gugus fungsi dari senyawa akan dapat ditentukan berdasarkan ikatan dari tiap atom.
b.      Spectrum NMR, untuk mengetahui posisi atom-atom karbon yang mempunyai proton atau tanpa proton.
            a. Isolasi Flavonoid Pada Daun Katu
 
 
 
 
 
 
3. Dalam isolasi alkaloid, pada tahap awal dibutuhkan kondisi asam atau basa. Jelaskan dasar penggunaan reagen tersebut, dan berikan contohnya sekurang-kurangnya tiga macam alkaloid ?
            Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloda berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luar dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua jenis alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin, dan stiknin adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan psikologis. Alkaloida dapat ditemukan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alkaloida umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.
1.               Sifat-Sifat Fisika
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya). Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.
2.               Sifat-Sifat Kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya. Reagensia pada alkaloid yaitu pereaksi Meyer, pereaksi Wagner dan pereaksi Dragendorf. Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahlkan jenis alkaloid. Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau jood. Pereaksi mayer mengandung kalium jodida dan merkuri klorida dan pereaksi Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium jodida dan jood. Pereaksi asam silikotungstat menandung kompleks silikon dioksida dan tungsten trioksida. Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan perbedaan yang besar dalam halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda. Ditilik dari popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan pereaksi wagner atau dragendorff.
Kromatografi dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang lazim untuk memisahkan alkaloid murni dan campuran yang kotor. Seperti halnya pemisahan dengan kolom terhadap bahan alam selalu dipantau dengan kromatografi lapis tipis. Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi digunakan sejumlah pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan α-piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga dengan pereaksi tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida.
Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich (p-dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna yang sangat karakteristik biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot. Perteaksi serium amonium sulfat (CAS) berasam (asam sulfat atau fosfat) memberikan warna yang berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna tergantung pada kromofor ultraungu alkaloid.
Campuran feriklorida dan asam perklorat digunakan untuk mendeteksi alkloid Rauvolfia. Alkaloid Cinchona memberikan warna jelas biru fluoresen pada sinar ultra ungu (UV) setelah direaksikan dengan asam format dan fenilalkilamin dapat terlihat dengan ninhidrin. Glikosida steroidal sering dideteksi dengan penyemprotan vanilin-asam fosfat.
Pereaksi Oberlin-Zeisel, larutan feri klorida 1-5% dalam asam klorida 0,5 N, sensitif terutama pada inti tripolon alkaloid kolkisin dan sejumlah kecil 1 μg dapat terdeteksi.

a. Pembuatan Pereaksi Mayer
Bahan :            a. HgCl2 1,358 gr, dilarutkan dalam 60 ml aquadest
                        b. KI 5 gr, dilarutkan dalam 20 ml aquadest
Dicampurkan larutan a dan b kemudian ditambahkan 100 ml aquadest.
b. Pembuatan Pereaksi Wagner
larutan dibuat dengan campuran iodine dan kalium iodide.
c. Pembuatan Pereaksi Dragendorf
Bismut nitrat dilarutkan dalam HCl.

Contoh beberapa isolasi senyawa alkaloid pada tumbuhan :
1. Isolasi kafein dari daun teh
Untuk mengisolasi kafein dari daun teh kering , 25 gram daun teh kering  ditambahkan 20 gram Na2CO3 dan ditambahkan 275 ml air mendidih. Na2CO3 merupakan garam non-polar, yang dapat terurai didalam air menjadi ion Na+ yang mengikat kafein dan CO3- yang mengikat H2O membentuk HCO3 (sutau asam). Garam kafein + Na larut dalam air. Air mendidih yang ditambahkan berfungsi membuka pori-pori dari daun the agar ekstrak daun teh dapat keluar dengan sempurna dan kafein yang didapatkan cukup banyak. Larutan bersifat basa karena panambahan Na2CO3 yang bresifat basa. Larutan dimasukkan kedalam corong pisah dan ditambahkan 30 ml diklorometan, dikocok kemudian didiamkan , panambahan dikloromaetan berfungsi mengikat kafein yang tadinya berbentuk garam dengan Na+ menjadi berikatan dengan diklorometan, sebab kepolaran kafein hampir sama dengan diklorometan tersebut sehingga kelarutan kafein cukup besar didalam diklorometan (140 mg/l) sementara kelarutan kafein didalam air lebih rendah (22 mg/l). Adanya perbedaan kelarutan, maka terbentuk dua lapisan pada corong pisah, lapisan atas adalah lapisan air dan lapisan bawah adalah larutan diklorometan-kafein.
Penambahan MgSO4 anhidrat, anhidrat sendiri berarti tanpa air sehingga fungsi MgSO4 anhidrat ini adalah untuk mengikat air yang masih terbawa dalam larutan diklorometan kaefin, setalah itu didestilasi diatas penangas air. Destilasi ini berfungsi untuk menghilangkan diklorometan (titih didih 80 0C) dan meninggalkan residu kristal berwarna putih kekuningan , dimana kristal tersebut merupakan kafein yang masih kotor. Lalu kedalam kristal ditambahkan aseton panas, aseton ini berfungsi melarutkan kafein dan pengotor yang masih tertinggal, kemudian ditambahkan n-heksana untuk mengikat aseton dan pengotor. Aseton panas merupakan pelarut yang bersifat semi polar namun lebih cenderung ke polar, sehingga aseton dapat berikatan dengan baik dengan n-heksana. Pengkristalan kafein terjadi karena hanya kafein yang bersifat nonpolar dalam campuran tersebut, kristal disaring dengan corong Buchner yang dilapisi dengan kertas saring lalu dipanaskan. Pemanasan pada kristal murni dimaksudkan untuk mendapatkan kristal murni yang kering.
Selanjutnya, pengujian alkaloid untuk kristal yang diperoleh, diambil 10 mg kristal lalu dilarutkan dengan sedikit air kemudian ditambahkan 1-2 tetes pereaksi dragendorf dan menghasilkan larutan berwarna jingga yang menunjukkan adanya alkaloid.
2. Isolasi Nikotin pada daun tembakau
Nikotin merupakan senyawa alkaloid yang terdapat dalam tanaman tembakau dan berpotensi sebagai insektisida alami pengganti insektisida sintetik. Nikotin mempunyai sifat mudah terurai oleh faktor alam sehingga tidak meninggalkan residu pada tanaman inang. Isolasi nikotin dapat dilakukan dengan teknik maserasi dan dilanjutkan dengan ekstraksi menggunakan pelarut kloroform. Teknik isolasi ini cukup mudah dan dapat menghasilkan isolat yang mengandung nikotin dalam konsentrasi cukup besar dan relatif murni.
Dalam penelitian ini dilakukan isolasi nikotin dari daun tembakau kering dengan cara soxhletasi menggunakan pelarut metanol kemudian dilakukan penggaraman dengan asam dan ekstraksi alkaloid dengan basa. Ekstrak yang diperoleh kemudian dimurnikan dengan KLT, dan kromatografi kolom. Setelah itu dianalisis menggunakan IR, UV, dan GC-MS. Ekstrak tembakau yang lain diuji efektivitasnya sebagai insektisida penggerek batang padi dengan cara disemprotkan ke persemaian padi dengan konsentrasi yang bervariasi.
Dari hasil analisis KLT menggunakan larutan pengembang metanol didapatkan harga Rf = 0,725. Hasil analisis spektra IR menunjukkan adanya gugus amina tersier aromatis, gugus metil, gugus amina tersier alifatis, dan ikatan C-H aromatis. Hasil kromatogram GC-MS menunjukkan senyawa nikotin muncul pada puncak dengan waktu retensi = 9,245 s dan indeks kemiripan 63 %, hal ini menunjukkan bahwa dalam daun tembakau terdapat alkaloid nikotin. Hasil dari spektrofotometer UV menghasilkan panjang gelombang maksimum 206 nm yang menunjukkan adanya kearomatisan dari cincin piridin dalam nikotin. Ekstrak tembakau yang lain digunakan untuk uji efektivitas terhadap hama penggerek batang padi, dengan cara disemprotkan tanaman padi yang di dalamnya terdapat penggerek batang padi, didapatkan Fhitung = 19.061 dan Ftabel = 3.48. Karena Ftabel < Fhitung maka Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu konsentrasi ekstrak daun tembakau mempengaruhi efektivitasnya sebagai insektisida penggerek batang padi.
3. Isolasi Karfain pada daun papaya
CARA ISOLASI
a. Bahan yang dibuat serbuk diekstraksi dengan air atau alkohol cair yang mengandung dilute acid. Pigmen dan bahan –bahan lain yang tidak diinginkan terpisah karena penggojogan dengan kloroform atau pelarut organic lain. Alkaloid bebas kemudian diendapkan dengan penambahan sejumlah sodium bikarbonat atau ammonia dan dipisahkan dengan filtrasi atau ekstraksi dengan pelarut organic. (Trease and Evans,1989)
b. Daun Carica papaya tua diekstraksi dengan cara maserasi dengan pelarut etanol-air (1:3). Maserasi dilakukan selama 3 hari terlindung dari cahaya matahari sambil seringkali diaduk agar kondisi kesetimbangan segara dicapai,diasumsikan bahwa selama 3 hari senyawa kimia dalam bahan sudah tersari dengan sempurna.( Muhammad Yanuar,2005)


4. Jelaskan keterkaitan diantara biosintesis, metode isolasi dan penentuan struktur senyawa bahan alam . Berikan contohnya.
            Senyawa bahan alam merupakan senyawa metaboit sekunder. Senyawa ini seringkali masih terikat dalam bentuk bersama-sama dengan senyawa metanoit primer seperti lemak, karbohidrat, asam amino, protein dll. Untuk itu harus digunakan tekhnik pemisahan untuk memisahkan senyawa bahan alam tersebut.
            Biosintesis merupakan proses pembentukan senyawa-senyawa baru dengan bantuan  enzim, zat pereaksinya dan jalur yang terlibat dalam proses tersebut hingga menghasilkan bentuk struktur senyawa yang kita inginkan.
Metode isolasi merupakan cara pemisahan suatu senyawa dari sampel yang akan diisolasi, pada isolasi kita harus memperhatikan pelarut yang akan digunakan dan sifat sampel yang akan diisolasi, tekhnik pemisahan dan kondisi lingkungan saat pemisahan terjadi.
Sedangkan penentuan struktur senyawa  bahan alam merupakan cara untuk mengidentifikasi suatu struktur dalam senyawa, dapat dilakukan dengan  menggunakan hasil  isolasi / isolate dari pemisahan yang sudah dilakukan, yaitu dengan penentuan spektroskopi (IR, NMR, UV ) dan kromatografi.
Jadi, hubungan keterkaitannya..mula-mula kita indentifikasi struktur senyawa yang akan kita pisahkan, apa gugus fungsi yang berperan aktif disitu, bersifat apakah senyawanya, asam atau basakah, bagaimana sifat kimia dan fisik dari senyawa tersebut. Setelah kita tau baru kita indentifikasi lagi jalur biosintesisnya, apa peran enzim, jalur apa yang digunakan, bagaimana gugus fungsi reaktan dan bagaimana gugus fungsi setelah menjadi produk. Setelah kita tahu baru kita isolasi dari tumbuhan tertentu, pada isolasi ini kita harus memilih tekhnik pemisahan yang sesuai (apakah pakai cara maserasi, destilasi, atau KLT dsbg), bagaimana sifat pelarutnya asam atau basa, volatile atau tidak, polar atau non polar, apa perubahan untuk penanda positif adanya senyawa tersebut dalam simplisia (entah itu bercak noda atau endapan atau Kristal amorf dll)
Misal Pemisahan Senyawa Alkaloid Kafein Pada Daun Teh
Kafein dalam tanaman disintesis dari xanthosin melalui 3 tahap N-metilasi, dimana tahap metilasi ini dibantu oleh aktivitas enzim yaitu enzim metal transferase.

Untuk mengisolasi kafein dari daun the kering , 25 gram daun teh kering  ditambahkan 20 gram Na2CO3 dan ditambahkan 275 ml air mendidih. Na2CO3 merupakan garam non-polar, yang dapat terurai didalam air menjadi ion Na+ yang mengikat kafein dan CO3- yang mengikat H2O membentuk HCO3 (sutau asam). Garam kafein + Na larut dalam air. Air mendidih yang ditambahkan berfungsi membuka pori-pori dari daun the agar ekstrak daun the dapat keluar dengan sempurna dan kafein yang didapatkan cukup banyak. Larutan bersifat basa karena panambahan Na2CO3 yang bresifat basa. Larutan dimasukkan kedalam corong pisah dan ditambahkan 30 ml diklorometan, dikocok kemudian didiamkan , panambahan dikloromaetan berfungsi mengikat kafein yang tadinya berbentuk garam dengan Na+ menjadi berikatan dengan diklorometan, sebab kepolaran kafein hampir sama dengan diklorometan tersebut sehingga kelarutan kafein cukup besar didalam diklorometan (140 mg/l) sementara kelarutan kafein didalam air lebih rendah (22 mg/l). Adanya perbedaan kelarutan, maka terbentuk dua lapisan pada corong pisah, lapisan atas adalah lapisan air dan lapisan bawah adalah larutan diklorometan-kafein.
Penambahan MgSO4 anhidrat, anhidrat sendiri berarti tanpa air sehingga fungsi MgSO4 anhidrat ini adalah untuk mengikat air yang masih terbawa dalam larutan diklorometan kaefin, setalah itu didestilasi diatas penangas air. Destilasi ini berfungsi untuk menghilangkan diklorometan (titih didih 80 0C) dan meninggalkan residu kristal berwarna putih kekuningan , dimana kristal tersebut merupakan kafein yang masih kotor. Lalu kedalam kristal ditambahkan aseton panas, aseton ini berfungsi melarutkan kafein dan pengotor yang masih tertinggal, kemudian ditambahkan n-heksana untuk mengikat aseton dan pengotor. Aseton panas merupakan pelarut yang bersifat semi polar namun lebih cenderung ke polar, sehingga aseton dapat berikatan dengan baik dengan n-heksana. Pengkristalan kafein terjadi karena hanya kafein yang bersifat nonpolar dalam campuran tersebut, kristal disaring dengan corong Buchner yang dilapisi dengan kertas saring lalu dipanaskan. Pemanasan pada kristal murni dimaksudkan untuk mendapatkan kristal murni yang kering.
Selanjutnya, pengujian alkaloid untuk kristal yang diperoleh, diambil 10 mg kristal lalu dilarutkan dengan sedikit air kemudian ditambahkan 1-2 tetes pereaksi dragendorf dan menghasilkan larutan berwarna jingga yang menunjukkan adanya alkaloid.
Penentuan struktur, kekhasan signal dan intensitas serapan hasil isolasi dapat diidentifikasi dengan spektroskopi (UVR, NMR, & IR).