Ujian Mid Semester Kimia Bahan Alam ( 2 sks)
Dosen Pengampu : Dr. Syamsurizal, M.Si
Nama : Eno Lerianti
NIM : RRA1C110001
11.
Jelaskan
bagaimana hubungan struktur dan kreaktifan beberapa senyawa yang anda kenal
terhadap suatu penyakit tersebut ?
A. Flavonoid
Kereaktifan Flavonoid
terhadap suatu penyakit :
·
Kanker
Proses fisiologis flavonoid yang tidak
diinginkan senyawa menginduksi disebut tahap II enzim yang juga membantu untuk
menghilangkan mutagen dan karsinogen, dan oleh karena itu mungkin nilai dalam
pencegahan kanker. Flavonoid juga bisa menyebabkan mekanisme yang dapat
membunuh sel kanker dan menghambat tumor invasi.
· Antioksidan
Flavonoid (flavonols dan flavonols)
umumnya dikenal dengan aktivitas antioksidan in vitro.
Setelah senyawa-senyawa sintetik yang mempunyai aktivitas biologis seperti senyawa
antioksidan sintetik (butylated hydroxytoluen
(BHT),butylated hydroxyanisole
(BHA), dan tert-butylhydroxyquinone (TBHQ)) dilarang
penggunaannya karena bersifat karsinogenik. Berdasarkan beberapa
penelitian yang telah
dikembangkan, senyawa-senyawa yang mempunyai potensi sebagai
antioksidan umumnya merupakan senyawa
flavonoid, fenolat dan alkaloid.Anti
oksidan merupakan senyawa yang mampu menghambat oksidasi molekul lain. Tubuh tidak mempunyai system
pertahanan antioksidatif yang berlebihan, sehingga
jika terjadi paparan
radikal berlebih, tubuh membutuhkan antioksidan
eksogen. Kekhawatiran terhadap
efek samping antioksidan
sintetik menjadikan antioksidan
alami menjadi alternatif
yang terpilih.
Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk
melindungi struktur sel,
meningkatkan efektivitas vitamin
C, anti-inflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotic. Kuersetin (Quercetin)
adalah salah satu zat aktif kelas flavonoid yang secara biologis amat kuat.
Bila vitamin C mempunyai aktivitas antioksidan 1, maka kuersetin memiliki
aktivitas antioksidan 4,7. Flavonoid
merupakan sekelompok besar
antioksidan bernama polifenol
yang terdiri atas antosianidin, biflavon,
katekin, flavanon, flavon,
dan flavonol. Kuersetin termasuk
kedalam kelompok flavonol.
Kuersetin dipercaya
dapat melindungi tubuh
dari beberapa jenis penyakit degenerative dengan cara mencegah terjadinya proses peroksidasi
lemak.
Kuersetin memperlihatkan kemampuan
mencegah proses oksidasi dari Low Density Lipoproteins
(LDL) dengan cara menangkap radikal bebas dan
menghelat ion logam transisi. Radikal
bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif
karena memiliki satu atau lebih electron tak berpasangan pada orbital terluarnya. Untuk mencapai kestabilan atom atau
molekul, radikal bebas akan bereaksi
dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan electron. Reaksi ini
akan berlangsung terus
menerus dalam tubuh
dan bila tidak dihentikan akan
menimbulkan berbagai penyakit
seperti kanker, jantung, katarak, penuaan dini, serta penyakit degenerative lainnya. Oleh karena
itu tubuh memerlukan suatu substansi penting yaitu antioksidan yang mampu menangkap
radikal bebas tersebut sehingga tidak dapat menginduksi suatu penyakit.
Dari sejumlah penelitian
pada tanaman obat dilaporkan bahwa banyak
tanaman
obat yang mengandung
antioksidan dalam jumlah
besar.
Efek antioksidan terutama
disebabkan karena adanya
senyawa fenol seperti
flavonoid,asam fenolat. Biasanya senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas
antioksidan
adalah SENYAWA FENOL YANG MEMPUNYAI
GUGUS HIDROKSI YANG TERSUBSTITUSI
PADA POSISI ORTO DAN PARA TERHADAP GUGUS -OH DAN -OR.
Berikut akan
ditampilkan contoh mekanisme
reaksi senyawa antioksidan dengan DPPH.
DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk mengevaluasi
aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau
ekstrak bahan alam. DPPH menerima elektron atau radikal hidrogen akan
membentuk molekul diamagnetik yang stabil. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal
hidrogen pada DPPH,
akan menetralkan karakter
radikal bebas dari
DPPH, mekanisme reaksi dapat
dilihat pada gambar 3. Jika semua
elektron pada radikal bebas DPPH
menjadi berpasangan, maka warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada
panjang gelombang 517 nm akan hilang. Perubahan ini dapat diukur secara
stoikiometri sesuai dengan jumlah
elektron atau atom hidrogen yang ditangkap oleh molekul DPPH akibat adanya zat antioksidan.
Ketika flavonol
kuersetin bereaksi dengan
radikal bebas, kuersetin mendonorkan
protonnya dan menjadi senyawa
radikal, tapi elektron tidak berpasangan yang
dihasilkan didelokaslisasi oleh resonansi, hal ini membuat senyawa kuersetin
radikal memiliki energi yang sangat rendah untuk menjadi radikal yang reaktif.
Tiga gugus dari
struktur kuersetin yang membantu dalam menjaga kestabilan
dan bertindak sebagai
antioksidan ketika bereaksi dengan radikal bebas antara lain:
1. Gugus O-dihidroksil pada cincin B
2. Gugus 4-oxo dalam konjugasi dengan alkena
2,3
3. Gugus 3- dan 5- hidroksil
Gugus
fungsi tersebut dapat mendonorkan elektron kepada cincin yang akan
meningkatkan jumlah
resonansi dari struktur benzene senyawa Quersetin.
2.
Uraikan
lah dan berikan contoh dimana letak peran penting suatu metabolit sekunder
dalam suatu tumbuh-tumbuhan ?
Jawaban : Metabolisme merupakan
modifikasi senyawa kimia secara biokimia di dalam organisme dan sel.
Metabolisme mencakup sintesis (anabolisme) dan penguraian
(katabolisme) molekul organik kompleks.
Metabolisme biasanya terdiri atas tahapan-tahapan yang
melibatkan enzim, yang dikenal pula sebagai jalur metabolisme.
Metabolisme total merupakan semua proses biokimia di
dalam organisme. Metabolisme sel mencakup semua proses kimia di dalam sel.
Tanpa metabolisme, makhluk hidup tidak dapat bertahan hidup.
Produk metabolisme disebut metabolit. Cabang biologi yang
mempelajari komposisi metabolit secara keseluruhan pada suatu tahap
perkembangan atau pada suatu bagian tubuh dinamakan metabolomika.
v Berdasarkan PEMBENTUKAN:
·
Metabolit Primer
Merupakan Fundamental Building Block
Kehidupan/Makhluk Hidup.
Misal karbohidrat, protein, lemak.
·
Metabolit Sekunder
Tidak penting atau esensial untuk perkembangan/eksistensi
makhluk hidup
Misal terpenoid, alkaloid, flavonoid.
Mengapa dibentuk metabolit sekunder ?
Metabolisme primer
akan membentu metabolit primer.
Metabolisme sekunder membentuk metabolit sekunder.
Metabolit intermediet: reaksi yang terletak antara met primer dan sekunder dan
menghasilkan energi untuk berlangsungnya suatu reaksi.
Metabolit sekunder merupakan suatu bentuk untuk
survival/pertahanan diri.
Tanaman tidak dapat berpindah tempat. Misal tanaman
pada lahan yang tercemar, agar tetap survive maka akan membentuk metabolit
sekunder.
Ø Misal; pada tanaman
tembakau dapat membentuk asam salisilat sebagai antibodi. Bila tembakau terkena
virus maka produksi asam salisilat akan tinggi dan dalam tembakau dapat
melakukan proses metilasi pada as salisilat menjadi metil salisilat.
Ø Misal; tanaman membentuk
suatu phytoaleksin.
v Berdasarkan SIFAT:
Metabolit/zat aktif.
Metabolit/Zat inert.
v Berdasarkan REAKSI/KEAKTIFAN:
Zat aktif farmasetis
Zat aktif farmakologik
penghambatan karsinogenensis, anti-tumor, antivirus, anti-oksidasi (peroksidasi lipida, lipoksigenase, oksidasi xanthin, dan oksidasi monoamin), anti
hipertensi ,(antibakteri dan jamur,
anti-diabetes, dan antinematoda.
Keragaman Struktur
Metabolit Sekunder
Atas dasar struktur kimia:
Senyawa fenolik; asam lmak, flavonoid, antrakuinon
Terpenoid
Alkaloid
Atas dasar jalur biosintesis:
·
Jalus asam asetat
·
Jalur asam sikimat
·
Jalur asam amino
Atas dasar sifat sensorik
Zat pahit, zat manis, zat pedas, zat berasa kelat (sepat)
Metabolit sekunder bagi
tanaman sebenarnya juga toksik. Cara antisipasi?
Akan dibentuk glukosida
Met sekunder toksik-------glukosida (larut air)
Sehingga ketoksikan berkurang dan dapat ditransport
ke vakuola (bila mengekstraksi tanaman akan diperoleh banyak glikosida)
Flavonoid Functions
n Combine to create flower pigmentation: serve
as signals for pollinators
n Block UV radiation destructive to nucleic
acids
n Allow selective admittance of Blue-Green and
Red light for Photosynthesis
Flavonoid Functions
Con’t.
n Reduces the palatability of plants or causes
herbivores to avoid the plants altogether
n Affects interaction of plants with other
organisms: Inhibit or encourages bacteria and mychorizzae associations
n Have anti-oxidative effects, antimicrobial anti-carcinogenic and
cardio-protective
n Various classes of Flavoniods: Anthocyanins,
Flavonols, Flavones, IsoFlavones
1.Anthocyanins
n Range in color from Red through Purple and
Blue
n Main constituents of plant flower color
n Important in attracting pollinators and
dispersers
n Mutualistic relationships!
2.Flavonols and
Flavones
n Mostly colorless pigments in the leaves of
plants
n Control light admittance to leaves:
photosynthesis and UV protection
Cause of leaf color
change in the Fall: As Chlorophyll breaks down - large quantities of flavonols
are converted to anthocyanins.
3. IsoFlavones
n Found mostly in Legumes (Fabaceae)
n Allelopathy – herbivory defense, pathogen
defense!
3.Kemukakan
gagasan anda, bagaimana idenya suatu senyawa bisa diisolasi dan diporifikasi ?
Intinya kita harus
mendapatkan simpilia terlebih dahulu, baru setelah itu kita lakukan pengujuian
melalui Kromatografi dengan beberapa pelarut tertentu (polar, non-polar, semi
polar), lalu setelah itu didapat amorf atau ekstrak yang berisi senyawa yang
positif mengandung senyawa yang kita inginkan, ataupun dari noda pada KLT yang
kita bandingkan dengan larutan standrar, lalu didapat Peak, yang bisa dihitung
melalui UV, NMR, dll (pada uji senyawa dengan HPLC/KCKT (Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi).
Contoh disini
bagaimana cara kita mengekstrak Quercetin (Senyawa Flavonol turunan dari
Flavonoid).
Prosedur Ekstraksi
Fraksi III dari setiap
sampel telah dihidrolisis dengan cara merefluks dengan H2SO4
(10ml/gm residu) selama 5 jam. Campuran ini lalu disaring dan filtratnya
diekstraksi dengan etil asetat menggunakan corong pisah. Lapisan etil asetat
lalu dicuci sampai netral dengan air terdistilasi sampai netral dan dikeringkan
secara in vacuo.residunya yang sangat kecil jumlahnya ditangkap dengan
etanol akan terpisah sendiri dan kemudian dijadikan sebagai bahan uji yang
sangat penting untuk quercetin.
(i) Kromatografi Lapis
Tipis (KLT)
Pelat gelas (20x20 cm)
dilapisi dengan silika gel 'G' (dengan 0,2-0,3mm/ 60 ml air terdistilasi) yang
dikeringkan pada suhu kamar. Setelah kering diaktifkan Pada suhu 1000 C selama
30 menit di dalam oven kemudian didinginkan pada suhu kamar. Etil eter dan etil
asetat terfraksi dari setiap sampel terpisah kira-kira 1 cm dari pinggir pelat
berdampingan dengan standar referensi dari quercetin. Pelat gelas (kaca) yang
berupa kotak yang tembus pandang kromatografi yang bisa memuat kira-kira 200 ml
pearut yang merupakan campuran antara n-butanol, asam asetat dan air dengan
perbandingan (4:1:5 dalam lapisan v/v).
Contoh campuran pelarut
lainnya adalah etil asetat dalam asam asetat dengan air (6:4 v/v) dan sistem
forestal (asam asetat, dalam asam HCl, air, 10:3:30 v/v juga bisa digunakan).
Campuran pelarut n-butanol, asam asetat dan air (4:1:5 v/v) juga menghasilkan
hasil yang memuaskan ketika diadakan pengujian dengan sampel yang ada.
Pelat pengembang harus
kering dan bisa dilihat di bawah cahaya lampu UV yang akan memperlihatkan fluorisensinya
pada fraksi II dan III yang secara langsung dapat dibandingkan dengan
standarnya (berwarna biru, Rf 0,82).
Pelat kemudian di
letakkan dalam kotak kromatografi dengan uap amonia untuk memperlihatkan warna
nodanya (warnanya kuning pekat) dan pelat itu kemudian semprot uap I2 akan
memperlihatkan warna noda (Kuning kecoklatan) pelat pengembang ini lalu
disemprot dengan etanol fericlorida 5% untuk memperlihatkan warna nodanya
(untuk kedua fraksi II dan III). Nilai Rf dapat dihitung dari sampel yang diisolasi
dibandingkan dengan standardnya.
(ii) Kromatografi
preparatif Lapis Tipis (PTLC)
Pelat kaca (20x20 cm)
dilapisi dengan lapisan tipis (0,4-0,5 mm) Silika gel 'G" (45 gm/80 ml
air). Dan diaktifkan pada suhu 1000 C selama 30 menit dan dan didinginkan pada
suhu kamar, yang nantinya akan dipakai untuk PTLC. Ekstrak kedua fraksi (II dan
III ) diletakkan pada pelat yang berbeda bebas dari air dan bisa
divisualisasikan pada cahaya lampu UV.
Semua noda fluoresensi
apabila dibandingkan dengan standar quercetinnya akan nampak menyolok sekali.
Noda itu akan terpisah dengan baik sepanjang silika gel 'G' yang dielusi dengan
etanol. Lalu hasil elusinya dapat dikristalkan dengan menggunakan kloroform.
Kemurnian senyawa yang didapat dapat dilihat dari hasil analisis spektra Irnya.
Senyawa yang disolasi dapat ditentukan dengan menggunakan kolorimetri dan
sepktra infra merah. Lalu senyawa murni yang didapat dapat dianalisa dengan
HPLC ( pelarut air, kolom-mikroprasil, 80% heksan dan 20% etil asetat, etil
asetat, grafik spektranya berkisar 1 cm/menit, 0,5 ml/ menit terdeteksi pada UV
pada gelombang 254 nm).
Hasil
Ketika pelat pengembang
di semprot dengan etanol feri klorida 5% akan memperlihatkan titik noda yang
bila dibandingkan dengan quercetin standar (biru keabu-abuan, gambar A), ketika
pelat dimasukkan ke kotak yang mengandung uap amonia akan memperlihatkan warna
quercetin kuning pekat. Nilai Rfnya akan sama dengan nilai Rf dari quercetin
standarnya.
Pelat pengembang di bawah cahaya lampu UV akan
menampilkan fluoresensi noda pada fraksi II dan II yang dibandikan dengan
sampel standar (berwarna biru). Karakteristik puncak spektra Irnya akan di
temukan hampir sama dengan perspektif dari standar senyawa quercetin (gmb.D).
Ketika di isolasi quercetin menggunakan HPLC, menunjukkan waktu retensi 3.475
min seperti yang ditunjukkan pada gambaran stadar quercetin.
4)
Kemukakan
bagaimana idenya suatu senyawa bahan alam dapat diketahui alur biosintesisnya ?
Idenya kita harus
mengetahui apa unit pembentuk utamanya, sebagai contoh untuk biosintesis
terpenoid dimulai dari unit isoprene, lalu gabungan dari kepala dan ekor
isoprene tersebut akan terjadi siklisasi yang membentuk seny. Terpenoid dan
turunannya.
Kalau flavonoid ide
awalnya berasal dari asetil-CoA dari asam asetat yang membentuk asam mevalonat.
Lalu direaksikan dengan berbagai bantuan enzim sehingga terbentuk senyawa
flavonoid dan turunannya.
Pola
biosintesis flavonoid pertama kali diusulkan oleh Birch, yang
menjelaskan bahwa tahap pertama biosintesis flavonoid suatu unit C6 –
C3 berkombinasi dengan 3 unit C2 menghasilkan unit C6
– C3 – (C2+C2+C2).
Berdasarkan atas usul tersebut maka biosintesis dari flavonoid melalui 2 jalur
bisosintesis yaitu poliketida (asam asetat atau mevalonat) dalam membentuk
cincin A berkondensasi 3 molekul unit asetat, sedang cincin B dan tiga atom
karbon dari rantai propana berasal dari jalur fenilpropana (shikimat).
Selanjutnya,
sebagai akibat dari berbagai perubahan yang disebabkan oleh enzim, ketiga atom
karbon dari rantai propana dapat menghasilkan berbagai gugus fungsi, seperti
ikatan rangkap, gugus hidroksil, gugus karbonil dan sebagainya.